Unesa dan Disperindag Magetan Bangun Industri Batik Ramah Lingkungan

Kabupaten Magetan sangat serius di dalam mengembangkan pariwisata di wilayahnya. Pengembangan pariwisata tidak adapat dilepaskan dari dukungan berbagai produk lokal baik makanan maupun kerajinan yang memiliki kekhasan lokal sehingga memberikan kenangan bagi wistawan yang berkunjung. Batik merupakan salah satu kerajinan khas yang tengah dikembangkan di Magetan bahkan telah dirintis Kampung Batik di Desa Sidomukti Magetan.

Industri batik di Desa Sidomukti mayoritas adalah industri mikro berbentuk kelompok usaha bersama (KUBe) beranggotakan 20-30 orang wanita. Kegiatan pemberdayaan pembatik telah dilakukan oleh Unesa sejak Tahun 2023 dimana tidak hanya mengembangkan motif dan desain batik serta diversifikasi produk seperti tas dan kaos namun juga memperkuat desa ini menjadi desa wisata yang memiliki nilai edukasi. Masyarakat tidak hanya bisa membeli batik namun bisa belajar membatik, mengolah limbah cair batik, serta mewarnai motif batik Magetan bagi anak usia dini. Hal ini dimaksudkan agar batik Magetan terjaga kelestariannya dari generasi ke generasi.

Baca Juga:  Harganas ke-32, Jatim Fokus Stunting dan Pernikahan Dini

Berpijak pada kondisi yang ada, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berusaha mengembangkan program pemberdayaan sebelumnya dengan menginisiasi industri batik ramah lingkungan.
Industri batik ramah lingkungan ini dikembangkan oleh kolaborasi tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) antara Unesa dengan Universitas Narotama melalui skema program Pemberdayaan Mitra Usaha Produk Unggulan Daerah (PM-UPUD). Pada program ini turut Disperindag Kabupaten Magetan berperan sebagai mitra pendamping kegiatan sedangkan mitra sasaran adalah kelompok usaha bersama (KUBe) Mukti Rahayu dan Seruling Etan.

Kegiatan ini terselenggara melalui pendanaan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi Pendidikan Tinggi Tahun Anggaran 2024. Tim pelaksana kegiatan terdiri Prof. Dr. Ir. Erina Rahmadyanti, S.T., M.T., IPM, Novi Sukma Drastiawati, S.T., M.Eng, dan Fendi Achmad, S.Pd., M.Pd dari Unesa serta Dr. Joko Suyono, S.E., M.M., Ph.D dari Universitas Narotama. Mahasiswa kedua perguruan tinggi juga dilibatkan di dalam pelaksanaan kegiatan ini sebagai bagian dari optimalisasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk memperoleh pembelajaran di luar kampus.

Baca Juga:  KB-TK Al Muslim Gelar MPLS Ramah, Orang Tua Ikut Cap 5 Jari

Menurut Erina, kegiatan ini difokuskan pada pengembangan industri kecil batik untuk berperan aktif dalam kelestarian lingkungan. Selama ini, adanya keterbatasan teknologi, modal, dan pengetahuan membuat mereka melakukan produksi tanpa mengindahkan keberlanjutan lingkungan.

“Kegiatan ini memberikan edukasi, melakukan rancang bangun teknologi, dan pendampingan agar proses produksi dapat berjalan lebih ramah lingkungan,” ungkapnya Senin (19/8).

Edukasi yang dilakukan meliputi penyadaran diri akan bahaya limbah cair batik terhadap lingkungan. Selanjutnya dilakukan juga rancang bangun mesin pencelup  untuk proses pewarnaan kain batik dengan pewarna alami dan mesin pencuci untuk produksi batik dengan warna sintetis. Proses produksi dengan pewarna sintetis tetap dilakukan untuk pemenuhan pesanan konsumen namun didukung mesin pencuci agar air yang dibutuhkan tidak terlalu banyak sehingga mengurangi beban instalasi pengolahan limbah cair yang telah dibangun pada Tahun 2023.

Baca Juga:  Kemendukbangga/ BKKBN Jatim Gelar Tamasya Kerabat

Pendampingan juga dilakukan dengan mengintroduksikan standard operation procedure (SOP) batik magetan agar menghasilkan batik yang terstandard.

“Harapan tim pelaksana dengan strategi ini membuat industri batik lebih mudah menembus pasar internasional yang sangat rentan akan isu lingkungan,” tegasnya.

Penulis: Erbe Bagus
Editor: Lilicya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *