Langkah universitas dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencakup pengajaran, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat kini dianggap memerlukan transformasi. Di era revolusi industri 4.0, keterlibatan teknologi dalam memajukan pendidikan di Indonesia dinilai sangat penting. Dalam komitmennya menjalankan transformasi tersebut, Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar Research Invention & Community Development Exhibition (HITEX) 2025.
Kegiatan ini dibuka pada Selasa (20/5/2025) di Airlangga Convention Center (ACC), Kampus MERR-C, UNAIR. Turut hadir dalam agenda pembukaan kegiatan tersebut, Direktur Hilirisasi dan Kemitraan Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek), Prof Yos Sunitiyoso ST MEng PhD.
Dalam sambutan pembukaannya, Yos menekankan bahwa Kemendikti Saintek senantiasa mendukung inisiasi program sebagai langkah integrasi teknologi dan ilmu pengetahuan. “Kemendikti Saintek siap mendukung dari sisi regulasi, fasilitasi pendanaan, dan kemitraan dengan lintas sektor, kementerian lain, serta dunia usaha. Kami mengajak seluruh civitas academica menyatukan langkah dalam membangun perguruan tinggi yang mampu menjawab tantangan zaman,” ujarnya.
Pengembangan Perguruan Tinggi
Lebih lanjut, Yos menyampaikan bahwa Kemendikti Saintek mengusung paradigma baru dalam perumusan kebijakan perguruan tinggi guna mendorong kontribusi yang nyata dan berdampak bagi pembangunan nasional. Paradigma ini menempatkan perguruan tinggi tidak lagi semata sebagai lembaga pendidikan. Melainkan sebagai institusi strategis dalam penciptaan talenta unggul, pengembangan riset dan inovasi, serta sebagai penggerak pembangunan.
Dalam rangka mendukung visi tersebut, Kemendikti Saintek menginisiasi enam program besar riset dan pengembangan berdampak. Program-program tersebut meliputi program pengabdian kepada masyarakat, program peningkatan hilirisasi hasil penelitian, program bina talenta penelitian dan pengembangan. Juga terdapat program pengembangan kemitraan multipihak, program penelitian dan pengembangan, serta program pengembangan kawasan sains dan teknologi.
“Kami ingin mengubah paradigma dari pelaksanaan research yang berfokus topik atau produk, menjadi yang berfokus pada tantangan yang kita alami. Misal kecerdasaan buatan, transisi energi baru dan terbarukan, teknologi pangan dan kesehatan, transportasi dan infrastruktur, serta material maju dan teknologi nano,” ucap Yos.
Program Hilirisasi Riset
Kemendikti Saintek menyiapkan langkah pengembangan produk dan penguatan kekayaan intelektual. Langkah ini meliputi pengujian model dan prototipe, innovation sandbox, dan kekayaan intelektual. Setelah produk siap, Yos mengungkapkan skema Kemendikti Saintek mendistribusikan produk tersebut kepada industri.
“Pertama, industry pull, yang merujuk pada langkah di mana kita mengundang industri untuk menyampaikan kebutuhan mereka. Kemudian perguruan tinggi yang sudah melakukan penelitian di bidang itu bisa mengajukan proposal. Skema kedua, technology push, bagaimana produk atau teknologi yang sudah berkembang itu bisa kita push ke industri. Industri yang awalnya tidak tahu menjadi tahu apa yang kita lakukan,” jelasnya.
Skema terakhir adalah jalinan kemitraan perguruan tinggi dengan industri, kementerian/lembaga, dan pemerintah daerah. “Itulah upaya yang kami lakukan dari Kemendikti Saintek, khususnya Direktur Hilirisasi dan Kemitraan. Bagaimana kami mendukung riset ataupun pengembangan yang sudah dilakukan di perguruan tinggi untuk memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat dan dunia usaha,” pungkas Yos.
Editor: Lilicya