Jagat maya kembali dihebohkan dengan adanya uji coba vaksin TBC (Tuberkulosis) yang akan diujicobakan di Indonesia. Rencananya vaksin besutan Bill Gates, salah satu konglomerat dunia tersebut akan melalui tahap uji klinis ketiganya di Indonesia. Indonesia terpilih menjadi lokasi uji coba vaksin tersebut karena tingginya kasus TBC yang ada.
Meskipun memainkan peran penting sebagai lokasi uji coba vaksin TBC, masih terdapat kekhawatiran masyarakat terhadap keamanan vaksin tersebut. Menjawab pertanyaan ini, Pakar Imunologi dan Virologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Fedik Abdul Rantam drh menyebut vaksin itu dianggap sudah cukup aman.
Karakteristik Vaksin
Prof Fedik menyebut bahwa pengembang vaksin tersebut merupakan salah satu perusahaan vaksin terkemuka dari Amerika yang mendapat pendanaan dari Bill Gates. Pemilihan Indonesia sebagai target lokasi uji coba sendiri didasari adanya fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus TBC terbanyak kedua di dunia.
“Vaksin ini berasal dari protein tertentu yang diambil dari dua macam bakteri penyebab TBC yaitu Mycobacterium yang digabungkan. Tidak semua protein dapat diambil untuk digunakan sebagai vaksin, namun hanya protein tertentu yang dapat menginduksi antibodi sehingga vaksin ini disebut vaksin sub unit,” ungkapnya Rabu (21/5).
Prof Fedik menambahkan secara efek samping, vaksin sub unit akan relatif lebih minim. Protein yang digunakan dalam vaksin bernama M72 itu berasal dari Mycobacterium tuberculosis dengan antigen MTB 32A dan MTB 39A yang mana dikombinasikan dengan adjuvant sehingga vaksin sub unit itu tergolong aman digunakan.
“Supaya efek menginduksi antibodi menjadi lebih kuat, maka vaksin ini diberi tambahan adjuvant berupa zat yang berguna untuk memperkuat respon imun tubuh terhadap infeksi TBC. Adjuvant yang digunakan bernama AS01E yang berasal dari purifikasi dari lemak dan QS21 yang merupakan purifikasi dari tanaman Quilla saponaria dari Chile,” ungkapnya.
Isu Keamanan
Secara keamanan vaksin, Prof Fedik menilai bahwa uji coba vaksin ini relatif aman, apalagi sudah melewati dua kali uji klinis sehingga keamanannya tidak perlu diragukan lagi. Uji coba vaksin harus dilakukan pada target yang tidak terinfeksi TBC agar hasil reaksi yang ditunjukkan oleh tubuh tidak bias.
“Vaksin yang baik seharusnya tidak memiliki efek samping yang muncul, namun seberapa jauh efek yang ditimbulkan? apabila efeknya minimal seperti pusing, mual dan muntah dan dalam persentase minim maka seharusnya aman saja. Apabila terdapat kasus luar biasa seperti kematian atau masalah kesehatan serius tentunya proses uji coba harus segera dihentikan,” pungkasnya.
Editor: Lilicya