Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) resmi membuka program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Tujuh Rintisan Desa Pancasila di Kantor Balai Desa Watutulis, Kecamatan Prambon, Sidoarjo, Minggu (1/6).
Pembukaan ini sekaligus menjadi penanda dimulainya rangkaian pengabdian di tujuh desa rintisan yang tersebar di beberapa wilayah, yaitu Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Mojokerto, dua desa di Ngawi, dan ditutup di Magetan.
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, Pemeringkatan, Publikasi dan Science Center, Bambang Sigit Widodo, menegaskan pentingnya menjaga semangat kebersamaan dan gotong royong dari akar rumput masyarakat.
“Indonesia memiliki keberagaman agama. Toleransi dan saling menghormati harus kita jaga bersama. Kebersamaan dan gotong royong perlu diawali dari desa, karena kalau desa kuat, Indonesia juga akan kuat,” ucapnya dalam sesi sambutan.
Ia menambahkan, Unesa terus mendorong optimalisasi potensi desa yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila. “Nilai-nilai Pancasila tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi harus menjadi praktik nyata dalam kehidupan masyarakat,” ujarnya.
Ketua PKM Rintisan Desa Pancasila Unesa, Jauhar Wahyuni, menambahkan bahwa program ini merupakan kontribusi nyata civitas Unesa dalam penguatan nilai-nilai kebangsaan berbasis kearifan lokal dan keberagaman masyarakat.
“Ini adalah rangkaian kegiatan pengabdian dari rekan dosen, khusus untuk skema rintisan Desa Pancasila. Pembukaan ini menjadi penanda awal dari pelaksanaan kegiatan serupa di desa-desa lainnya sepanjang Juni,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa ketujuh desa yang terlibat telah melalui proses pemilihan yang mempertimbangkan keragaman latar belakang masyarakatnya, mulai dari agama, suku, hingga budaya.
“Kami ingin hadir di desa-desa yang memiliki karakteristik keberagaman yang tinggi dan mungkin masih menghadapi tantangan dalam hal toleransi atau potensi intoleransi. Melalui kegiatan PKM ini, kami ingin memberikan edukasi dan pelatihan yang memperkuat nilai-nilai Pancasila dan pemahaman moderasi beragama,” tambahnya.
Kegiatan diawali dengan senam pagi bersama dan lima game kebangsaan yang dirancang untuk memperkuat semangat nasionalisme dan nilai-nilai Pancasila di kalangan warga. Penampilan seni budaya dari masyarakat desa seperti tari tradisional, paduan suara, hingga pertunjukan potensi lokal turut memeriahkan acara.
Salah satu warga, Winarti, mengaku senang dengan kegiatan yang diselenggarakan Unesa tersebut. “Acaranya berkesan sekali. Kami jadi tambah wawasan soal kebangsaan. Game-nya seru, seperti menyusun potongan UUD 1945. Itu melatih kerja sama dan kecerdasan. Semoga Unesa semakin jaya dan maju,” katanya antusias.
Selain kegiatan interaktif, acara juga diisi dengan talkshow bertema “Pembekalan Kewaspadaan Sosial sebagai Penguatan Asta Cita dan Karakter Pancasila” bersama narasumber Iman Pasu Purba.
Editor: Lilicya