Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengumpulkan seluruh kepala daerah di Grahadi. Khofifah menegaskan posisi strategis Jatim sebagai Center of Gravity ekonomi nasional, dengan dukungan 21 rute Tol Laut, tujuh bandara, 37 pelabuhan, 12 ruas tol, 12 kawasan industri, dua kawasan ekonomi khusus (KEK), dan satu kawasan industri halal.
“Hampir 80 persen logistik di 19 provinsi Indonesia Timur dikirim dari Jawa Timur melalui Tanjung Perak,” katanya, Rabu (16/7).
Di pertemuan ini, Khofifah menandatangani kesepakatan menjaga iklim investasi yang inklusif, berkelanjutan, aman dan bebas premanisme.
“Kepastian dan kenyamanan investor harus menjadi prioritas bersama,” ujar Khofifah.
Menurut Khofifah, iklim investasi yang kondusif menjadi kunci menarik minat investor domestik maupun asing untuk menanamkan modal di Jawa Timur. Oleh karena itu, komitmen bersama yang telah dibangun harus ditindaklanjuti oleh semua pemangku kepentingan.
Khofifah juga menyampaikan sejumlah strategi peningkatan investasi, antara lain percepatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kabupaten/kota dan pengembangan infrastruktur industri.
Selain strategi lain itu juga termasuk program pelatihan tenaga kerja “Skill Match 100k”, dashboard debottlenecking, percepatan peraturan gubernur insentif penanaman modal, hingga promosi berbasis platform digital, WebGIS.
“Hal tersebut akan memberikan dampak pada kepastian lokasi investasi, biaya logistik turun, pengangguran berkurang, produktivitas naik, serta meningkatkan kepercayaan investor,” katanya.
Pemprov Jatim juga mempermudah fasilitas pendukung investasi, seperti pasokan energi, penyediaan lahan, panduan pelaporan kegiatan, fasilitasi ketenagakerjaan, kemudahan perizinan, dan penyediaan data peluang investasi.
“Menyiapkan karpet merah untuk investor dalam dan luar negeri itu penting,” kata Khofifah.
Upaya lainnya dilakukan melalui penyusunan Investment Project Ready to Offered (IPRO), kurasi proyek hilirisasi, membangun kemitraan, percepatan perizinan, hingga promosi investasi.
Saat ini, IPRO Jawa Timur mencakup sektor manufaktur, infrastruktur, pariwisata, agrikultur, kawasan industri, hingga layanan kesehatan.
“Jawa Timur siap menjadi pusat pertumbuhan industri berbasis nilai tambah, khususnya di sektor agribisnis, pertambangan, dan manufaktur,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) Jatim Triwulan I 2025 mencapai Rp819,3 triliun.
Nilai tersebut, menyumbang 14,42 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan 25,11 persen terhadap PDRB Pulau Jawa, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen secara Year on Year (YoY), yang lebih tinggi dari nasional.
Editor: Lilicya