International Conference on Applied Sciences, Education and Technology atau IConASET merupakan konferensi tingkat internasional yang rutin diselenggarakan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) sejak 2019.
Gelaran untuk keempat kali yang melibatkan akademisi dalam dan luar negeri ini mengangkat tema Entering Society 5.0: Adaptation and Enhancement, yang menitikberatkan pada kesiapan dunia pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi dalam menghadapi era masyarakat 5.0.
Pada pembukaannya di Ruang Theater Kampus C Unusa, Rektor Unusa Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie menuturkan jika jumlah partisipan iConASET semakin meningkat dari tahun ke tahun menjadi bukti bahwa iConASET mampu menarik perhatian komunitas akademik internasional.
“Alhamdulillah, sejak pertama kali mencetuskan iConASET, jumlah peserta, makalah, hingga pembicara terus bertambah. Melalui forum ini, Unusa tidak hanya menguatkan jejaring internasional, tetapi juga meningkatkan kontribusi publikasi ilmiah di jurnal bereputasi,” ungkap Prof. Jazidie pada Rabu (27/8).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa salah satu visi utama dari iConASET adalah menjadikannya sebagai ikon sekaligus aset bagi Unusa. Kehadiran konferensi ini diharapkan dapat mempertegas posisi Unusa sebagai perguruan tinggi yang berkomitmen pada pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian global.
“Saat pertama kali mencetuskan iConASET, kami ingin konferensi ini benar-benar menjadi icon dan aset bagi Unusa,” imbuhnya.
Menariknya Unusa menjadi leading hire institusi NU yang berhasil menyelenggarakan gelaran internasional. Yang mana bagian tersulitnya ketika harus dan bisa mempublikasi semua jurnal.
Salah satu sesi yang menjadi perhatian adalah ketika Prof. Shane Snyder dari Georgia Institute of Technology, USA, tampil sebagai pembicara pertama. Ia membawakan materi tentang tantangan air dan pengolahan air di negara-negara berkembang, sebuah isu yang sangat relevan mengingat krisis air bersih dan sanitasi masih menjadi masalah besar di banyak kawasan dunia, termasuk Asia Tenggara. Menurutnya, air bersih dan sistem sanitasi yang layak adalah pondasi kehidupan yang sehat, namun masih sering diabaikan.
Isu tersebut kemudian ditanggapi secara khusus oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unusa, Achmad Syafiuddin. Ia menuturkan bahwa ada dua ide besar yang menginspirasi dirinya dan tim dalam mengolah air agar dapat kembali bermanfaat. Pertama adalah mengolah kembali air yang sudah digunakan (waste water) menjadi air layak pakai.
“Jadi, prinsipnya kita memanfaatkan air yang sudah terpakai. Dengan teknologi tertentu, air tersebut bisa diolah kembali sehingga memenuhi standar untuk digunakan kembali,” jelas Syafiuddin.
Kedua adalah gagasan mengolah air laut melalui proses filtrasi alami dengan tanah. Dalam metode ini, air laut dialirkan atau dimasukkan ke dalam tanah untuk mengurangi kandungan garamnya. Setelah itu, air dipompa kembali dan melalui proses pengolahan lebih lanjut hingga menjadi air layak konsumsi.
“Air laut dimasukkan ke tanah, kemudian dipompa dan diolah, sehingga kadar garamnya berkurang dan bisa menjadi sumber air bersih bagi masyarakat,” paparnya.
Meski demikian, Syafiuddin mengakui bahwa kedua metode tersebut memerlukan sumber daya yang cukup besar, baik dari sisi teknologi, biaya, maupun tenaga ahli. Oleh sebab itu, implementasinya membutuhkan perencanaan matang serta kolaborasi lintas sektor, baik pemerintah, akademisi, maupun industri.
“Gagasannya sangat mungkin diterapkan, tetapi memang membutuhkan persiapan yang panjang serta dukungan resources yang memadai,” tambahnya.
Ketua Pelaksana iConASET 2025, Dr. Fifi Khoirul Fitriyah, S.Pd., M.Pd., mengungkapkan bahwa antusiasme peserta terlihat dari banyaknya karya ilmiah yang diterima panitia.
“Kami memiliki hampir 100 makalah yang akan dipresentasikan dalam konferensi ini. Para pemateri dan pembicara yang hadir berasal dari berbagai negara, tidak hanya akademisi dari universitas di Indonesia, tetapi juga dari Malaysia, Filipina, Taiwan, Polandia, dan Amerika Serikat,” jelasnya.
Fifi menambahkan bahwa seluruh makalah yang masuk telah melalui proses review dan kini tengah diproses di jurnal mitra konferensi.
“Semua makalah telah diproses di jurnal-jurnal mitra, semoga berjalan lancar hingga tahap publikasi. Jadi, makalah tersebut kini tidak lagi berada di tangan komite,” ujarnya.
Jurnal mitra yang bekerja sama dalam publikasi ini meliputi jurnal internasional bereputasi seperti Letters in Applied Nano Bio Science (Q3), Biointerface Research in Applied Chemistry (Q3), Social Science and Humanities Open (Q1 SSCI), Lex-Localis: Journal of Local Self Government (Q2), Journal of Carcinogenesis (Q2), Special Issue dari penerbit Wiley, serta berbagai jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dan ARJUNU (Asosiasi Relawan dan Pengelola Jurnal PTNU).
“Melalui konferensi ini, kami mencakup berbagai disiplin ilmu, terutama kedokteran, ilmu kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan teknologi,” tambah Fifi.
Dengan menghadirkan pakar lintas negara dan lintas disiplin, iConASET 2025 diharapkan mampu memperkuat kontribusi Unusa dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sekaligus memberikan rekomendasi strategis bagi penguatan pendidikan dan teknologi di era global.
Editor: Lilicya