BI Jatim Sebut Inovasi dan Jaminan Halal Perkuat Daya Saing Global

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, M. Noor Nugroho, menyebut pentingnya inovasi halal. Ini semua untuk penguatan ekosistem halal nasional. Yakni melalui jaminan produk halal yang terintegrasi.

“Jaminan produk halal merupakan aspek vital seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat Muslim dunia terhadap produk berlabel halal,” katanya saat Talkshow IV Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Jawa 2025 yang berlangsung di Ballroom Al-Marwah, Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Minggu (14/9).

Berdasarkan State of Global Islamic Economic Report 2023–2025, nilai konsumsi Muslim global pada tahun 2023 tercatat sebesar 2,43 triliun USD, dan diproyeksikan meningkat hingga 3,36 triliun USD pada 2028. Sementara itu, aset keuangan syariah global juga terus tumbuh, mencapai 4,93 triliun USD.

Baca Juga:  Donor Darah FESyar 2025 Diserbu Warga

Perkembangan ini mengindikasikan semakin luasnya penerapan halal lifestyle secara global.

“Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia perlu terus memperkuat ekosistem halal nasional,” ujarnya.

Ekonomi syariah Indonesia menunjukkan capaian membanggakan di tingkat dunia. Tahun 2023, Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia dalam ekosistem halal menurut Global Islamic Economic Indicator.

Secara spesifik, Indonesia bahkan menempati peringkat pertama dunia untuk pengembangan usaha mikro halal, naik dua peringkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, Indonesia juga berhasil mempertahankan posisi kedua global dalam sektor pariwisata ramah muslim, serta farmasi dan kosmetik halal. Namun, di sektor makanan halal, Indonesia turun ke peringkat keempat, yang menunjukkan masih perlunya sinergi lintas sektor untuk mengoptimalkan potensi besar industri halal nasional.

Baca Juga:  Rakorwil BI Jatim Dukung Penguatan Produktivitas dan Pembiayaan Sektor Pertanian

Noor menekankan, penguatan sistem sertifikasi halal yang kredibel, efisien, dan terintegrasi menjadi kunci dalam memperluas akses pasar serta meningkatkan daya saing produk halal Indonesia di kancah internasional.

Dengan 87 persen penduduk Indonesia beragama Islam, di mana lebih dari 60 persen berada di Pulau Jawa, peluang pengembangan sektor halal sangat besar. Apalagi, ekosistem ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia didukung oleh Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) di tingkat pusat serta Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS) Jawa Timur yang berdiri sejak 2022.

Baca Juga:  GIIAS Hadir di Grand City Convex Surabaya, Mulai 27-31 Agustus

Ke depan, ruang pengembangan ekosistem halal di Indonesia masih sangat luas. Bukan hanya makanan dan minuman, tetapi juga merambah ke kosmetik, farmasi, pariwisata, fashion, hingga keuangan syariah.

“Dengan dukungan deregulasi, inovasi halal, serta kolaborasi pemerintah, pelaku usaha, dan lembaga sertifikasi, ekosistem halal Indonesia dapat tumbuh menjadi kekuatan ekonomi baru yang inklusif dan berdaya saing tinggi,” pungkas Noor.

Editor: William

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *