Murid SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) antusias mengikuti proses belajar menggunakan alat peraga dan permainan pada Rabu (8/10) di Gedung TMB Mudipat Pucang Surabaya.
Total ada 27 murid yang mengikuti metode belajar seperti ini. Murid belajar memaknai huruf dan kata dalam alat peraga. Kemudian menggabungkan suku kata sehingga mudah dibaca. Mereka mengaku senang dan lebih mudah belajar membaca dengan alat peraga.
“Seneng dan seru,” ungkap Mecca, murid kelas 1.
Seperti diketahui kegiatan belajar ini dalam rangka pelaksanaan pengabdian masyarakat di Mudipat oleh Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (ISTTS) Ngagel Surabaya.
Selama dua hari Insitut STTS memaparkan metode belajar dengan alat peraga. Di hari pertama diikuti 9 guru dan hari kedua diikuti 27 murid Mudipat.
Pembicara sekaligus dosen S2 Institut STTS, Dr Ir Endang Setyati MT, mengaku kegiatan ini bertajuk Peran Alat Peraga dan Permainan Edukatif sebagai Media Pembelajaran untuk Menstimulasi Minat dan Kecerdasan Literasi siswa SD Mudipat.
“Kami menyontohkan bahwa alat peraga dan permainan edukatif membuat anak seneng membaca. Karena seakan akan mereka sedang bermain,” ujarnya.
Menurutnya, penerapan alat peraga ini tujuannya untuk meningkatkan minat literasi anak. Dijelaskan juga bahwa sebagai wujud pemberdayaan kemitraan masyarakat, pihak Institut STTS dituntut bisa memberikan manfaat.
“Saya pilih SD Mudipat ini, agar anak bisa menerapkan literasi dengan menggunakan alat peraga,” tegasnya.
Muhimmatul Azizah Guru kelas 1G SD Mudipat mengaku dengan alat peraga, maka sangat membantu bagi anak membaca menulis.
“Jadi selain anak belajar, itu ada sesi bermain. Itu sanvat relevan sekali untuk kelas 1 SD,” ucapnya.
Dijelaskan, di kelas 1 SD, proses belajar leboh dominan bermain. Masa transisi dari TK ke SD. Sehinga tidak bisa menghilangkan proses bermain ketika belajar.
“Ini sangat membantu sekali. Ketia belajar, anak harus dikenalkan denganbenda-benda konkret seperti alat peraga, akan sangat membantu sekali,” tegasnya.
“Harapannya, anak mendapat manfaat dari alat peraga ini. Khususnya di kelas 1 sehingga anak bisa belajar, bermain menyenangkan dan bermakna,” pungkas Azizah.
Editor: William