Yayasan Ibnu Sina Kertajaya yang beralamat di Gubeng Kertajaya 6D No. 11 kembali menorehkan prestasi dalam dunia pendidikan dan seni melalui penyelenggaraan pameran lukis bertajuk “Pahlawan Mimpi 2025”. Pameran ini digelar sebagai perayaan 10 tahun perjalanan kegiatan lukis, sebuah program ekstra yang telah menjadi wadah kreatif bagi anak-anak binaan setiap minggunya selama satu dekade.
Tim Publikasi Pameran Lukis Pahlawan Mimpi 2025, Tri Widiawati menjelaskan, acara ini berlangsung selama dua hari, 22–23 November 2025 di Galeri DKS di Balai Pemuda Surabaya. Suasana pembukaan pada Sabtu, 22 November, berlangsung hangat dan penuh haru. Dihadiri oleh berbagai tamu undangan yang selama ini menjadi bagian penting dari perjalanan program seni tersebut.

Turut hadir Camat Gubeng, Eko Kurniawan Purnomo, S.STP, M.Si, Soerachman selaku pengajar Lukis siswa Yayasan Ibnu Sina Kertajaya, para orang tua siswa, serta donatur yang selama ini mendukung keberlangsungan kegiatan.
“Para tamu ini menjadi saksi perjalanan panjang dan karya luar biasa dari anak-anak yatim dan dhuafa yang memiliki semangat tinggi dalam berkarya,” ucapnya.
Pembukaan acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh siswa asuh dan binaan. Dilanjutkan dengan memanjatkan doa oleh ustadz Bambang Riadi. Suasana khidmat tersebut menjadi simbol harapan dan doa atas keberlanjutan kegiatan seni yang telah memberi warna pada kehidupan anak-anak binaan.
“Pembukaan pameran lukis anak dimeriahkan dengan berbagai penampilan seni dari anak-anak peserta kegiatan lukis, seperti Tari Saman, story telling , serta paduan suara yang diiringi oleh Rasio Band. Setiap penampilan menggambarkan semangat, keberanian, dan kreativitas anak-anak yang selama ini ditempa lewat kegiatan positif di yayasan,” sambung Tri.

Sebagai puncak acara yang mengharukan adalah saat pemberian piagam penghargaan kepada Soerahman atau yang biasa disapa Eyang Rahman. Diketahui Eyang Rahman merupakan seniman yang mengabdikan ilmu dan tenaganya secara sukarela kepada adik adik sejak tahun 2015.
“Selama 10 tahun beliau mengajar lukis ke adik adik tanpa mau dibayar. Berbagai karya dan juara lomba yang diraih adik adik adalah bukti hasil dari kesabaran beliau. Di usia 80 tahun ini beliau tidak pernah absen untuk mendampingi adik adik mengembangkan kemampuan mereka bahkan dari generasi ke generasi,” imbuh Tri.
Menurut Eyang, melukis tidak hanya menghibur diri. Namun dari sebuah karya mereka bisa melatih kesabaran, membuat gambar dari garis lengkung dan garis lurus kemudian mewarnainya.
“Salah dihapus digambar lagi hingga menjadi gambar yang indah dilihat bukan hal yang mudah. Itu mengapa mampu membentuk kepribadian yang sabar dan tangguh,” ucapnya.

Pameran Lukis kali ini menampilkan sebanyak 150 karya Lukis dari 28 siswa dengan usia yang bervariasi dimulai dari usia kelas 2 SD hingga kelas 3 SMA. Hasil karya adik adik ini adalah karya buah ketelatenan dan kesabaran mereka dalam menggambar dan mewarnai.
Setiap hari Sabtu mereka hadir di kelas Lukis untuk mencoba membuat gambar baru, mewarnai dengan indah. Dimulai dari kertas ukuran A4 meningkat ke kertas A3 hingga mencoba dengan media media Lukis yang berbeda seperti canvas, gelas, kain, akrilik juga tekhnik tekhniik mulai tekhnik arsiran, gradasi dengan crayon, kuas dengan catlukis hingga tehnik brushing yang menggunakan cipratan dari sikat gigi.
Pahlawan Mimpi 2025 menjadi momentum penting, tidak hanya sebagai wadah apresiasi karya, tetapi juga sebagai pengingat bahwa setiap anak memiliki potensi besar yang dapat tumbuh ketika diberi ruang, bimbingan, dan kasih sayang. Yayasan Ibnu Sina Kertajaya melalui program kegiatan lukis terus berkomitmen mencetak “pahlawan mimpi”—anak-anak yang berani bermimpi dan berani berkarya.
“Pameran ini diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk terus mendukung kegiatan positif yang membuka peluang, menumbuhkan kreativitas, dan membangun masa depan anak-anak Indonesia,” tegas Eyang.
Editor: William


