Workshop AMPSR (Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respons) resmi dibuka pada Senin (13/5) di Hotel Santika Gubeng Surabaya. Kegiatan ini akan digelar selama tiga hari kedepan. Mulai 13-15 Mei 2024.
Kegiatan yang digelar Geliat Airlangga, Unicef, Germas dan Dinas Provinsi Jatim ini diikuti 25 Kabupaten Kota se Jawa Timur. Tujuannya, upaya tenaga kesehatan (nakes) untuk mencegah angka kematian ibu dan anak. Workshop AMPSR juga diikuti para dokter spesialis anak, dokter spesialis obgyn, dinas kesehatan dan komite rumah sakit.
“Data Kemenkes pada tahun 2021, menunjukkan bahwa 62 persen kematian ibu dan bayi terjadi di rumah sakit,” ungkap Dr Prita Muliarini, SpOG(K) salah satu narasumber saat memberi materi soal peran akreditasi rumah sakit di Jatim dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Menurutnya, akses dan kesadaran masyarakat terhadap layanan kesehatan bermutu tinggi dan semakin baik. “Dengan adanya akreditasi, lanjutnya, maka bisa memastikan rumah sakit mengikuti praktik terbaik dalam mencegah angka kematian ibu dan bayi,” sambungnya.
Diharapkan workshop AMPSR ini dikerjakan secara serius dalam tanggung jawab moral untuk menekan angka kematian ibu bayi. Maka itu dibutuhkan sinergi dan peran aktif berbagai pihak. Sehingga, kematian ibu dan anak dapat ditekan.
Kepala Seksi Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dr Waritsah Sukariyah mengakui bahwa tantangannya di Jatim yakni mencegah kematian ibu dan bayi. “Kami berupaya mencari penyebab kematian ibu dan bayi di Jatim. Di workshop ini maka bisa memberikan masukan atau dukungan,” ujarnya.
Diharapkan hasil AMPSR dari kabupaten kota bisa ditindaklanjuti. Berupa anggaran dan kegiatan yang jelas dan disesuaikan kemampuan masing masing kabupaten kota.
“Kami berterima kasih atas kegiatan seperti AMPSR yang digelar. Dan semoga upaya ini menurunkan AKI dan AKB. Itu harapan kami,” tegasnya.
Penulis: Agil
Editor: Lilicya