Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) turut ambil bagian dalam pendampingan pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) campak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Kegiatan ini berlangsung pada Senin (25/8/2025) sampai Sabtu (6/9/2025), menyusul penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak yang telah merenggut belasan korban jiwa di Kabupaten Sumenep.
Kolaborasi Bersama Dinkes dan Kemenkes
Upaya penanganan KLB campak di Sumenep dilakukan secara kolaboratif antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dinas Kesehatan Sumenep, FK dan FKM UNAIR. Wakil Dekan 3 FK UNAIR, Dr Sulistiawati dr M Kes pada Rabu (27/8/2025) menyampaikan bahwa kebutuhan tenaga dokter dalam ORI mendorong keterlibatan UNAIR untuk memberikan pendampingan.
“Tim vaksinator di lapangan sudah lengkap, namun tetap dibutuhkan dukungan dokter, terutama untuk advokasi dan pendampingan. Karena itu, FK UNAIR menerjunkan tim, khususnya dari departemen pediatri,” jelasnya.
Fokus di Daerah Cakupan Rendah
Tim FK UNAIR berangkat dalam tiga gelombang. Gelombang pertama dipimpin oleh dr Dwi Yanti Puspitasari DTMH MCTM Sp A(K) bersama dr Alpha Fardah Athiyyah Sp A(K) serta tim dokter PPDS lainnya. Mereka langsung berkoordinasi dengan Kemenkes dan Dinas Kesehatan setempat untuk memetakan wilayah dan cakupan imunisasi terendah.
“Pendampingan kami difokuskan pada daerah-daerah yang cakupan ORI masih di bawah 10 persen. Salah satunya di TK Qurrota Ayun dengan 200 anak yang menjadi sasaran imunisasi,” terang dr Alpha.
Selain memberikan vaksinasi, tim juga melaksanakan edukasi bagi orang tua dan tenaga kesehatan, sekaligus mendampingi proses screening hingga pasca vaksinasi.
Edukasi, Vaksinasi, dan Penanganan KIPI
Selain mendampingi proses vaksinasi, tim FK UNAIR turut memastikan kesiapan tenaga kesehatan dalam menghadapi kemungkinan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Edukasi diberikan kepada masyarakat terkait pentingnya vaksinasi campak serta penanganan medis yang tepat.
“Pesan pentingnya adalah campak merupakan penyakit sangat menular dan berisiko mematikan jika tidak dicegah dengan imunisasi. Vaksin bukan hanya melindungi anak sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya,” tegas dr Dwi Yanti.
Kondisi Terkini dan Tantangan
Berdasarkan laporan awal, jumlah pasien campak di RSUD Sumenep mulai berkurang, dari 22 kini tinggal 6 orang. Namun, angka kematian akibat komplikasi pneumonia masih menjadi perhatian serius. “Rata-rata pasien datang terlambat, dalam kondisi berat, sehingga sulit ditangani,” jelas dr Dwi Yanti.
Sementara itu, dr Dwi Yanti juga menegaskan bahwa ORI diberikan untuk semua anak sesuai rentang usia, tanpa memandang lengkap imunisasinya. “Tujuan ORI adalah melindungi semua anak. Jadi tidak dilihat dari status imunisasinya, melainkan kondisinya saat akan divaksin. Kalau sedang sakit atau demam, tentu ditunda. Tetapi kalau sehat, maka tetap diberikan vaksin,” jelasnya.
Dengan pelaksanaan ORI secara serentak, diharapkan cakupan imunisasi meningkat dan penyebaran campak dapat ditekan. Melalui sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan perguruan tinggi, UNAIR meneguhkan perannya dalam mendukung kesehatan masyarakat, sekaligus berkontribusi dalam penanggulangan KLB campak di Indonesia.
Editor: William