Asosiasi Relawan dan Pengelola Jurnal PTNU (ARJUNU) bekerja sama dengan Relawan Jurnal Indonesia (RJI) menyelenggarakan Webinar Nasional “Mitigasi Serangan Siber Judol pada Website Jurnal” sebagai upaya merespons meningkatnya serangan digital yang menyerang berbagai situs jurnal ilmiah di lingkungan PTNU maupun nasional.
Acara yang berlangsung melalui Zoom Meeting ini dibuka secara resmi oleh Pembina ARJUNU LPT-PBNU, Ali Formen, S.Pd., M.Ed., Ph.D. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi atas sinergi kuat antara ARJUNU dan RJI dalam menghadirkan kegiatan yang sangat relevan dengan kondisi digital dewasa ini.
“Saya mengapresiasi kerja sama ARJUNU dan RJI. Serangan siber judol pada website jurnal ini sungguh di luar nalar. Dampaknya tidak hanya teknis, tetapi juga dapat mengganggu kredibilitas lembaga dan reputasi ilmiah. Maka kegiatan seperti ini sangat kita perlukan,” ungkap Ali Formen, Ph.D., Kamis, 27 November 2025.
Beliau mengajak seluruh pengelola jurnal untuk meningkatkan kewaspadaan serta memperkuat perlindungan digital pada sistem OJS masing-masing.
Sebelumnya, sambutan Ketua Umum RJI, Dr. Arbain, S.Pd., M.Pd. menuturkan bahwa RJI menerima semakin banyak aduan terkait serangan siber judol yang mengakibatkan jurnal tidak dapat diakses, mengalami perubahan tampilan, hingga dialihkan ke halaman tidak pantas.
“Dalam beberapa bulan terakhir, kami menerima banyak sekali laporan. Ada jurnal yang tiba-tiba down saat proses akreditasi, ada pula yang harus pindah domain karena serangan tidak bisa dihentikan. Inisiatif ARJUNU menyelenggarakan webinar mitigasi ini sangat tepat momentumnya,” ujar Dr. Arbain.
Menurutnya, permasalahan ini sudah cukup mengkhawatirkan, terutama karena dapat menghambat proses akreditasi dan merugikan institusi.
Ketua ARJUNU, Dr. Fifi Khoirul Fitriyah, S.Pd., M.Pd. menegaskan bahwa ARJUNU menerima banyak laporan serius dari para pengelola jurnal PTNU yang websitenya disusupi atau diretas oleh serangan judol. Ia menyebut beberapa kasus yang cukup memprihatinkan. Di antaranya, satu jurnal Scopus Q1 terpaksa down dan pindah alamat, serta beberapa jurnal tidak dapat membuka akses ARJUNA karena serangan terjadi tepat saat masa pengajuan akreditasi. Kasus paling ekstrem terjadi di UNU di Jawa Timur, di mana enam jurnal gagal akreditasi dan re-akreditasi akibat website mereka diretas pada hari penutupan ARJUNA.
“Ini sudah bukan lagi masalah teknis biasa. Ini mengenai marwah jurnal, reputasi perguruan tinggi, dan keberlanjutan tata kelola ilmiah kita. Webinar ini menjadi ikhtiar awal untuk membangun sistem pertahanan digital bersama,” tegas Dr. Fifi,
Perempuan yang sekaligus sebagai Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya ini menambahkan, ARJUNU berkomitmen melakukan pendampingan lebih intens kepada pengelola jurnal PTNU agar peristiwa serupa dapat dicegah di masa mendatang.
“ARJUNU akan menindaklanjuti webinar ini dengan program pendampingan, pelatihan teknis lanjutan, serta penyusunan panduan keamanan digital yang dapat digunakan oleh seluruh pengelola jurnal PTNU. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah penting untuk menciptakan ekosistem publikasi ilmiah yang lebih aman, profesional, dan bermartabat,” ungkapnya.
Sesi inti menghadirkan dua narasumber dari Tim IT RJI, yaitu Rifqi Syamsul F., M.Kom dan Miftahul, S.Kom. Keduanya menjelaskan pola serangan judol yang makin agresif, titik kerentanan OJS, dan langkah teknis yang dapat dilakukan pengelola jurnal untuk meningkatkan keamanan sistem.
Webinar ini diikuti oleh ratusan pengelola jurnal dari berbagai PTNU dan komunitas pengelola jurnal nasional. Diskusi berlangsung interaktif, menunjukkan tingginya kebutuhan penguatan keamanan digital dalam pengelolaan jurnal saat ini.
Editor: Lilicya


