Penjual Pentol Naik Haji, Bisa Umrah Sunnah 25 Kali

Sumino (50) dan Nur Hasanah (56) mengucapkan rasa syukur tak terkira atas karunia yang Allah SWT telah berikan tahun ini, yakni

Mereka berdua tergabung dalam kloter 54 asal Ngawi dan tiba di Asrama Haji Surabaya pada Sabtu (28/6) pukul 21.15 WIB.

Sumino menceritakan ia dan istrinya sehari-hari berjualan pentol.

“Merupakan suatu anugrah yang luiar biasa, kami yang hanya penjual pentol ini dapat menjadi tamu Allah ke baitullah,” ungkap Sumino dengan haru.  

Sumino menceritakan jika waktu pagi, pentolnya dititipkan di sekolahan sedangkan pada malam hari, ia mangkal depan Kantor Polsek Jogorogo, Ngawi.

Baca Juga:  PPIH: 477 Jemaah Haji Lansia, Risti, dan Disabilitas Ikuti Safari Wukuf

“Selepas shalat ashar hingga jam 12 atau jam 1 malam, saya, istri, dibantu anak-anak juga, berjualan di pinggir jalan, depan Polsek Jogorogo,” terang ayah dari 5 anak ini.

Sumino menceritakan, sejak awal membina rumah tangga dengan Nur Hasanah pada 2004, mereka berdua sepakat untuk berikhtiar mendaftar haji.

“Untuk mewujudkan mimpi tersebut, kami setiap hari rutin menabung di rumah, tidak tentu. Seringnya 10 ribu perhari. Kalau mampunya 5 ribu ya ribu. Kalau dapat rezeki banyak, ya banyak nabungnya,” tuturnya.

Baca Juga:  Penjual Gorengan Haji, Sabar Meski Selalu Dorong Suami dengan Kursi Roda

Uang tabungannya ketika terkumpul jumlah yang cukup banyak, mereka kembangkan dulu untuk menyewa sawah.

“Setelah pagi titip pentol di sekolah, kami ke mengerjakan sawah yang kami sewa,” tuturnya

Ketika terkumpul 50 juta, mereka segera mendaftarkan diri untuk berhaji pada bulan Mei tahun 2012.

“Alhamdulillah setelah sempat tertunda karena pandemi COVID-19, kami tahun ini bisa berangkat,” tuturnya.

Baik Sumino maupun Nur Hasanah merasa bersyukur karena dapat melakukan prosesi ibadah haji dengan lancar.

Baca Juga:  Sempat Diteror Bom, Kloter 33 Tiba di Surabaya dengan Selamat

“Kami di Makkah bisa melakukan umrah sunnah sebanyak 25 kali. Kami niati untuk membadalkan orang tua, kakek nenek, dan saudara-saudara kami,” kenangnya penuh rasa Syukur.

Sumino berharap agar orang lain yang hidupnya pas-pasan  seperti dirinya tidak berputus asa dan berusaha terus dapat menunaikan kewajiban rukun Islam kelima.

Ia mengaku tidak memiliki uang jelang keberangkatannya.

“Alhamdulillah ada orang baik yang memberikan kami uang saku baik ketika mau berangkat maupun selama di Tanah Suci, kami benar-benar merasa terbantu,” ceritanya.

Editor: Lilicya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *