Bongkar Praktik Oplos Beras Curah Label Premium

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkap awal mula ditemukannya praktik pengoplosan beras curah yang dijual dengan label premium di pasaran.

Temuan ini, kata Amran, berangkat dari kejanggalan harga yang tercatat dalam dua bulan terakhir. Dalam catatan itu harga gabah di tingkat petani menurun.

Tapi anehnya, harga beras di tingkat konsumen justru naik.

“Ini kami sampaikan, kami mencoba menganalisa karena ada anomali di mana dua bulan lalu, satu bulan lalu, itu terjadi penurunan harga di tingkat petani atau penggilingan. Kami ulangi, penurunan harga terjadi di penggilingan atau petani, tetapi terjadi kenaikan di tingkat konsumen,” ujar Amran kepada media, Rabu (16/7).

Baca Juga:  GIIAS 2025 Digelar 24 Juli di BSD City, Hadirkan 60 Merek Otomotif

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional mengalami peningkatan sebesar 14 persen atau sekitar 3 juta ton lebih. Kenaikan ini membuat pasokan berada di atas kebutuhan nasional. Namun, harga konsumen tetap naik sementara harga petani menurun.

“Harusnya kalau petani naik, baru bisa naik di tingkat konsumen,” tambahnya.

Kondisi tersebut mendorong Kementan untuk melakukan pengecekan langsung ke lapangan. Pemeriksaan dilakukan di 10 provinsi produsen utama beras dengan menguji 268 merek yang beredar. Hasilnya, sebagian besar sampel menunjukkan ketidaksesuaian mutu.

Baca Juga:  Pameran SPE Hadir 9-12 Juli di Grand City Convex Surabaya

“Ini semua beras curah tetapi dijual harga premium. Beras curah tetapi dijual harga medium. Dan lab-nya kami pakai 13 termasuk Sucofindo,” ungkap Amran.

Ia menjelaskan dari hasil uji laboratorium, ditemukan sekitar 85 persen sampel tidak sesuai standar. Bahkan ditemukan beras dalam kemasan lima kilogram yang berat isinya hanya 4,5 kilogram (kg).

Amran mengatakan total nilai kerugian akibat praktik ini mencapai sekitar Rp99 triliun, hasil perkalian dari selisih harga dan volume beras yang beredar.

Baca Juga:  Izin Bank Syariah Muhammadiyah Terbit 1 Bulan Lagi

“Ini tidak cukup, ada lagi penemuan Satgas. Karena kami bergerak bersama Satgas dan kontak Menteri Perdagangan (Budi Santoso). Sebelum bergerak kami sampaikan dan hasilnya kami sampaikan,” ujarnya.

Pemeriksaan paralel yang dilakukan Kementerian Perdagangan juga menghasilkan temuan serupa. Dari 10 sampel yang diambil, sembilan di antaranya tidak sesuai.

“Jadi 90 persen, kalau kami temukan 86 persen, kalau perdagangan temukan 90 persen,” jelas Amran.

Editor: William

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *