Memperingati 80 Tahun Indonesia merdeka, sebanyak seratus lebih karyawan yang tergabung dalam Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) mendapatkan emas seberat 0,9 kg lebih atau senilai Rp1,7 miliar lebih.
Penghargaan tersebut diberikan kepada mereka yang telah mengabdi selama 10 (126 orang), 20 (6 Orang) dan 30 tahun (16 orang). Pemberian penghargaan itu dilakukan dalam upacara detik-detik proklamasi yang digelar Ahad, 17 Agustus di halaman RSI Surabaya Jemursari.
Penghargaan tersebut diberikan kepada dokter, para tenaga medis, dosen dan tenaga kependidikan. Yarsis mengelola empat unit usaha, masing-masing RSIS A. Yani, RSIS Jemursari, Unusa dan RSI Nyai Ageng Pinatih, Gresik.
Dalam sambutannya Ketua Yarsis, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh., DEA., menekankan, bahwa sinergi dan kebermanfaatan menjadi kunci penting untuk mewujudkan lembaga yang maju. Menurutnya, ide besar memang diperlukan, namun yang lebih penting adalah implementasi nyata agar memberikan hasil yang bermanfaat.
“Ide besar sangat penting, tapi tidak berhenti di situ. Perlu ditunaikan dalam bentuk implementasi dan realisasi. Berikhtiar untuk terus berimplementasi dan memberikan suatu hasil akan menghadirkan manfaat serta dampak yang signifikan. Itu yang dibutuhkan, baik untuk individu maupun lembaga,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prof Nuh menyampaikan bahwa ada empat hal pokok yang harus dipegang dalam upaya pengembangan lembaga, yakni mind of ideas, mind of implementation, mind of result, dan mind of impact. Keempat hal tersebut, menurutnya, merupakan rangkaian yang saling berkaitan dan menjadi pijakan penting dalam memajukan unit-unit di bawah naungan YARSIS.
“Kalau kita senantiasa memberi manfaat, maka kita akan terus bertumbuh. Sebab, yang paling baik adalah manusia maupun lembaga yang mampu memberikan kemanfaatan,” imbuhnya.
Dirinya juga menyampaikan bahwa penghargaan tersebut diberikan kepada para pegawai sebagai rasa terima kasih Yayasan atas loyalitas, dedikasi dan prestasi. Yang mana hal ini sudah menjadi tata krama yang ada di Yarsis.
“Yang kedua dalam rangka 80 tahun kemerdekaan ini, kami ingin menonjolkan betul dua agenda besar di Unusa yaitu PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis, red) dan mengembangkan prodi-prodi berbasis digital,” jelas Prof Nuh.
Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., menambahkan bahwa Unusa saat ini sudah dalam proses mempersiapkan tenaga pendidik maupun kurikulum untuk PPDS. Sehingga sudah mulai bisa menerima mahasiswa di tahun 2026.
“Di Ikhtiarkan akhir tahun ini izin untuk PPDS Unusa sudah keluar,” bebernya.
Langkah Unusa ini merupakan bentuk dukungan dari kampus terhadap pada pemerintah terhadap program percepatan PPDS, yang mana ditargetkan 140 PPDS di seluruh Indonesia. Kemudian Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek) memetakan perguruan tinggi yang eligible, salah satu syaratnya yakni Kedokterannya sudah terakreditasi Unggul.
“Kemudian dipetakan perguruan tinggi yang menjadi Pembina, salah satunya Universitas Airlangga (Unair, red). Di bawah pendampingan Unair masih ada beberapa perguruan tinggi lagi, salah satunya Unusa,” ujar Prof Jazidie.
Dia menjelaskan bahwa Unusa mendapat kesempatan untuk mempersiapkan lima PPDS, namun saat ini akan fokus mempersiapkan spesialis Paru dan OBGYN.
Editor: Lilicya