Libur Sekolah Sebulan Selama Ramadan, DPR: Perlu Dikaji

Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian merespons wacana libur sekolah satu bulan penuh selama bulan Ramadan. Hetifah mengatakan, wacana itu perlu dikaji dengan matang mengingat berbagai dampak yang berpotensi muncul.

“Wacana meliburkan anak sekolah selama satu bulan saat bulan puasa memiliki potensi dampak positif dan negatif yang perlu dipertimbangkan secara matang,” kata Hetifah saat memberikan keterangan pers hari ini.

Hetifah menjelaskan, dampak positif dari libur selama sebulan penuh di antaranya memberikan ruang bagi siswa Muslim untuk fokus beribadah.

Baca Juga:  Unair Kukuhkan Mahasiswa Pascasarjana, Salurkan 13 Beasiswa ADS

“Mereka juga bisa memanfaatkan waktu untuk belajar agama lebih mendalam, mengikuti kegiatan sosial keagamaan di komunitas, atau mempererat hubungan keluarga,” ucapnya.

Kendati begitu, wacana ini juga bisa menimbulkan dampak lain, yaitu mengganggu kalender pendidikan.

“Di sisi lain, libur panjang dapat mengganggu kalender pendidikan, terutama dalam menyelesaikan kurikulum yang telah ditetapkan. Jika tidak ada solusi kompensasi yang tepat, seperti perpanjangan jam pelajaran atau tahun ajaran, siswa mungkin akan kesulitan mengejar ketertinggalan,” katanya.

Baca Juga:  Rayakan Kemerdekaan, SD Kreatif Pawai dan Bikin Tumpeng Raksasa

Bukan cuma itu, Hetifah juga menilai rencana meliburkan sekolah selama satu bulan bisa membuat siswa non-Muslim merasa dirugikan. Pasalnya, siswa non-Muslim tidak menjalankan ibadah seperti yang dilakukan siswa Muslim sehingga selama satu bulan mereka kemungkinan menjadi tidak produktif.

“Bagi siswa non-Muslim, libur penuh selama Ramadan bisa menjadi waktu kosong yang tidak produktif, terutama jika mereka tidak memiliki kegiatan alternatif yang dirancang khusus,” ujarnya.

Baca Juga:  Menteri Australia Kunjungi MI Muhammadiyah 5, Tinjau Praktik Literasi Numerasi

Hetifah menyarankan agar sekolah atau pemerintah menyediakan kegiatan opsional selama satu bulan bagi siswa non-Muslim jika ingin menerapkan kebijakan libur ini. Program itu bisa berupa pendidikan tambahan hingga kegiatan seni.

“Misalnya, program pendidikan tambahan, kegiatan seni, atau olahraga yang tetap berjalan untuk mereka yang tidak menjalankan puasa. Dengan begitu, waktu mereka tetap dimanfaatkan dengan baik, tanpa harus mengganggu kebijakan libur untuk siswa muslim,” tutur Hetifa.

Penulis: Anton. Editor: Lilicya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *