Kemiskinan menjadi isu yang penting dalam pembangunan Indonesia. Saat ini, kurang dari 10 persen penduduk ‘negeri seribu pulau’ hidup di bawah garis kemiskinan, termasuk pada perempuan.
Berangkat dari sana, tim pengabdian kepada masyarakat atau PKM Universitas Negeri Surabaya (Unesa) memberikan upaya untuk menurunkan angka kemiskinan melalui peningkatan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat di Desa Jolotundo, Kec. Lasem, Rembang beberapa waktu lalu.
Ketua PKM, Erta, menjelaskan kemiskinan seringkali disebabkan ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu, langkah ini diharapkan akan mampu meningkatkan nilai tambah ekonomi.
Ia menambahkan, pemilihan perempuan sebagai objek pelatihan ini atas dasar karena baginya, perempuan merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang bisa dilibatkan dalam pembangunan ekonomi.
“Potensi kaum perempuan dalam kehidupan bermasyarakat masih belum mendapat porsi yang cukup, begitupun dalam mengakses layanan publik, pendidikan, kesehatan, dan aspek lain. Ini jadi salah satu faktor yang bisa menggiring perempuan menjadi kaum yang rentan,” ujarnya.
Kemiskinan pada perempuan, lanjutnya, bukan hanya dari segi materi, namun juga akibat pengaruh budaya yang belum menempatkan perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam sejumlah aspek kehidupan, terutama perempuan yang tinggal di pedesaan.
Pada PKM yang beranggotakan Herma Retno Prabayanti dan Hapsari Shinta Citra Puspita Dewi ini, tim mencari potensi-potensi yang dimiliki perempuan di Desa Jolotundo, baik itu yang sudah berkeluarga atau belum. Selanjutnya, para perempuan desa diharapkan mampu meningkatkan ekonomi keluarga dengan keterampilan yang mereka miliki.
“Melalui PKM ini, kami berusaha untuk meningkatkan potensi yang ada dalam diri mereka melalui kewirausahaan. Jadi apa yang mereka bisa lakukan, kami akan arahkan supaya bakat atau kemampuan mereka bisa jadi penunjang ekonomi keluarga,” imbuhnya.
Editor: William