Ikatan Akuntan Indonesia Wilayah Jawa Timur (IAI Jatim) bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UNAIR) resmi membuka Konferensi Internasional KRA XII 2025 dengan tema “Empowering the Future of Education and Research: The Nexus of AI, Ethics, and Sustainability.”
Konferensi dua hari ini bertujuan menjadi platform kolaboratif bagi akademisi, peneliti, profesional, dan pengambil kebijakan untuk menggali lebih dalam peran strategis kecerdasan buatan (AI), etika, dan keberlanjutan dalam membentuk masa depan pendidikan tinggi dan riset global.
Acara ini dilangsungkan pada 2–3 Juni 2025 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Surabaya, dengan menghadirkan pembicara dari berbagai institusi dalam dan luar negeri serta menyajikan sesi panel, presentasi riset, dan diskusi interaktif.
Konferensi ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat intelektual di bidang akuntansi dan riset multidisipliner yang relevan dengan tantangan global masa kini.
Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si., Ak., CA., CMA., CFrA., ACPA., CRP., CRA., Ketua IAI Kompartemen Akuntansi Pendidikan (IAI KAPd) sekaligus Dekan FEB UNAIR, menegaskan perlunya transformasi dalam profesi akuntansi, terutama dalam menjawab perkembangan teknologi dan kebutuhan keberlanjutan.
“Melalui konferensi ini, kami ingin menekankan bahwa profesi akuntansi tidak hanya berurusan dengan angka, tetapi juga harus menjadi garda depan dalam menjawab tantangan AI, etika, dan sustainability. Riset dan pendidikan di perguruan tinggi harus berdampak langsung pada masyarakat dan pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Mohammad Nasih, S.E., M.T., Ak., CA., menyampaikan perlunya akuntansi sebagai sistem informasi strategis yang dapat menjadi decision support system di era digital.
“Akuntansi hari ini tidak cukup hanya menyajikan informasi. Harus ada transformasi menuju sistem pendukung keputusan yang adaptif terhadap kemajuan teknologi informasi dan AI. Untuk itu, kurikulum dan riset di lingkungan akademik juga harus mengalami perombakan menyeluruh,” tegasnya.
Editor: Lilicya