Senyum lebar nan sumringah selalu terpancar di wajah Koiru Nisa Ramos Costa. Seorang gadis yang datang dari desa kecil di Timor Leste dengan membawa harapan yang tinggi ke Surabaya. Ribuan kilometer dia tempuh dari Lakawa menuju Surabaya demi pendidikan.
Setiap langkah yang Nisa tempuh penuh kenangan dan tekad yang kuat, terutama setelah kehilangan sang ayah di masa SMA. Dari kejadian itu dia melihat peran tenaga kesehatan begitu berpengaruh dalam kehidupan seseorang. “Pengen banget bisa bantu keluarga, dan di keluarga Nisa belum ada yang terjun di dunia kesehatan,” ujarnya usai mengikuti pengambilan sumpah profesi ners, Rabu (17/9) siang.
Menempuh pendidikan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) bukan hal yang mudah baginya, restu orang tua yang jadi pintu utama sempat terkendala. Bukannya tak ingin Nisa mendapat pendidikan yang lebih baik, namun jarak yang begitu jauh dari kampung halaman jadi alasannya. “Mama sempat berat buat melepas Nisa merantau sampai Surabaya, bukan cuma beda kota tapi sudah beda negara,” bebernya.
Dengan pengertian dan pemahaman yang diberikan Nisa dan kakaknya, sang Mama akhirnya bisa ikhlas melepas Nisa merantau. Bahkan sang Mama juga sangat bersyukur karena putrinya bisa menempuh pendidikan tinggi dengan beasiswa penuh dari Unusa. “Kalau rindu ya cuma bisa video call, kalau nggak ya berdoa setelah sholat,” ungkapnya.
Kesempatan untuk menempuh pendidikan sarjana dan profesi ners di Unusa tidak dia sia-siakan. Hal itu Nisa buktikan lewat prestasi akademiknya. Dengan pola belajar yang dia terapkan dia bisa lulus profesi ners dengan IPK 3.92.
Gadis kelahiran 27 Maret 2001 itu menuturkan jika dirinya selalu membuat poin-poin yang harus dirinya pelajari. Dengan membuat list poin-poin materi ini memudahkannya dalam memahami materi. “Kalau masih tidak paham biasanya tanya ke dosen, supaya tetap paham,” ungkapnya.
Mengingat pada profesi ners dirinya lebih banyak berhadapan dengan kasus langsung. Sehingga agar setiap stase yang dia lalui bisa maksimal, serta nantinya saat bersinggungan dengan pasien langsung juga bisa memberikan yang terbaik.
Selain berprestasi di bidang akademik, anak kedua dari dua bersaudara ini juga aktif di banyak aktivitas kampus. Seperti BEM FKK, Student Ambassador FKK, UKM Voli, UKM ECC, hingga International Student Forum. “Saya juga berpartisipasi beberapa kegiatan internasional,” jelasnya.
Setiap kegiatan adalah kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan mengabdi, baik untuk almamater maupun masyarakat. Kini, impian Nisa bukan hanya bisa membantu keluarga dan orang sekitarnya sebagai perawat. Akan tetapi ingin berkontribusi dalam pembangunan kesehatan dan pendidikan di Timor Leste.
“Inginnya, saya bisa lanjut studi S2, sembari cari beasiswa di Indonesia,” ungkapnya.
Dia percaya pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah investasi terbaik untuk dirinya sendiri dan bangsa. Harapannya dengan ilmu yang dia miliki dia juga bisa membuka peluang karir yang lebih baik.
Editor: Lilicya