SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya menerima kunjungan Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI, Senin (22/7). Kunjungan ini bertujuan untuk menyosialisasikan bangga dan mencintai produk Indonesia. Kunjungan ini pun disambut ratusan siswa Smamda.
“Kami bangga produk Indonesia!” sahut siswa Smamda serentak menyambut Kemendag.
Krisna Ariza SIP, ME Direktur Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri Kemendag RI mengaku tujuan sosialisasi ke siswa menumbuhkan kecintaan produk dalam negeri di tengah produk ilegal.
“Dalam mendukung indonesia emas 2045, peran adik-adik nantinya diharapkan jadi pemimpin indonesia. Hal sederhana dalam hal ini yang bisa dilakukan yakni menumbuhkan kecintaan ke produk Indonesa. Banyak produk impor ilegal yang beredar. Dampak negatifnya menghambat tumbuhnya industri dalam negeri,” ucapnya.
Dijelaskan bahwa Kemendag baru saja membentuk satgas pengawasan barang ilegal. Untuk melindungi produk ilegal tersebut, dia berharap siswa Smamda juga bisa membantu mengurangi dan memberantas produk ilegal. Yang nantinya produk dalam negeri bisa terus tumbuh.
“Siswa Smamda merupakan aktor ekonomi sebagai agen of change perekonomian Indonesia. Semoga banyak generasi yang menggaalakkan kecintaan produk dalam negeri. Caranya dengan membeli poduk dalam negeri. Marilah kita bangga, bela dan beli produk Indonesia. Beli dan pakai. Mudah mudahan upaya yang kita lakukan dapat menumbuhkan kesadaran cinta produk Indonesia,” tegasnya.
Kepala Smamda Surabaya Astajab MM mengucap syukur lantaran Kemendag hadir berkunjung dan memberi sosialisasi cinta produk Indonesia.
“Alhamdulillah ada sosialiasisasi dari Kemendag terkait bangga produk dalam negeri. Saya berharap ini bisa ditularkan ke siswa lain, keluarga dan lingkungan,” ucapnya.
Di Smamda, katanya, juga sudah jadi pembiasaan menggunakan produk dalam negeri. Bahkan siswa sudah membuat tas, air minum. “Ini bagian dari pembelajaran anak senantiasa kreatif inovasi dalam beriwa usaha. Serta sadar menggunakan produk Indonesia. Dan insya Allah tak kalah dengan produk luar negeri. Tinggal siswa diajari, diwadahi,” tegasnya