Kepala BPS Jatim Dr Zulkipli, M.Si memaparkan bahwa Provinsi Jawa Timur mengalami deflasi bulan ke bulan (m-to-m) sebesar 0,59. Pemicunya masih berasal dari stimulus berupa diskon tarif listrik yang menyumbang andil sebesar 0,64 poin terhadap deflasi secara umum.
Di Bulan Februari kelompok makanan, minuman dan tembakau juga mengalami deflasi yang didorong penurunan beberapa harga komoditas.
“Tarif listrik pada Februari mengalami deflasi hingga 25,03 persen sehingga memiliki andil terhadap deflasi secara keseluruhan sebesar 0,7 persen,” ujar Zulkipli, Senin (3/3).
Sementara bawang merah mengalami deflasi 16,58 persen dengan andil 0,07 persen, cabai rawit mengalami deflasi 5,92 persen dengan andil 0,03 persen, daging ayam ras deflasi 1,46 persen dengan andil 0,03 persen.
Untuk tomat mengalami deflasi 12,82 persen dengan andil 0,02 persen, kacang panjang deflasi 14,96 persen dengan andil 0,01 persen sedangkan cabai merah deflasi 6,54 persen dengan andil 0,01 persen.
Ia mengatakan dengan terjadinya deflasi pada Februari maka inflasi tahun kalender Februari 2025 terhadap Desember 2024 sebesar minus 1,13 persen (year-to-date/ytd) dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Februari 2025 terhadap Februari 2024 sebesar minus 0,03 persen.
“Pada 2025 ini sudah terjadi dua kali deflasi yaitu Januari 0,54 persen dan Februari 0,59 persen,” katanya.
Dari 11 kabupaten/kota keseluruhannya mengalami deflasi tertinggi terjadi di Kediri sebesar 0,98 persen (mtm) sedangkan deflasi terendah terjadi di Sumenep sebesar 0,17 persen (mtm).
Sementara kota lain yaitu Banyuwangi 0,24 persen, Probolinggo 0,43 persen, Surabaya 0,53 persen, Malang 0,69 persen, Tulungagung 0,72 persen, Jember 0,76 persen, Madiun 0,78 persen, Gresik 0,8 persen, dan Bojonegoro 0,84 persen.
Dari 38 provinsi di Indonesia sebanyak 33 provinsi mengalami deflasi. Jadi semua bisa melihat perkembangan- perkembangan harga sepanjang Februari memang cenderung ke arah negatif.
Penulis: Bagus
Editor: Lilicya