Pakar Psikologi Indonesia Suryantiningsih prihatin maraknya kasus kenakalan remaja belakangan ini. Seperti halnya kasus bullying dan kekerasan seksual di lingkungan sekolah.
Menurutnya, kenakalan remaja yang meningkat ini dipengaruhi dari main, body and soul.
“Dalam psikologi akar masalahnya di soul. Jiwanya. Mereka tak mampu menjawab pertanyaan yang diragukan,” ungkapnya saat jadi narasumber Sarasehan Yayasan Al Kahfi Surabaya, Sabtu (9/8) di Hotel Great Surabaya.
“Mirisnya ada kenakalan remaja yang video call sex, fantasi sex sedarah dan mabuk mengisap lem. Ini yang sedang kita tangani saat ini. Harus dicegah,” terangnya.
Lantas bagaimana solusi mengatasi kenakalan remaja ini? Suryantiningsih yang juga pendiri ASIEQ Educare tersebutĀ menyatakan, yang utama harus di pahami remaja yakni jiwa. Manifestasinya itu perilaku. Yang dinilai dari remaja itu perilakunya. Bagaimana perilaku yang muncul pada remaja itu harus betanggung jawab. Tanggung jawab ke Tuhan.
“Soul harus dibenahi. Jiwa ketuhanan pada remaja harus ditata,” ungkapnya.
Menurutnya gejolak remaja berasal dari keraguan beragamanya. Maka seluruh pihak harus berkontribusi. Tak hanya orang tua tapi masyarakat harus peduli.
“Nilai keagamaan sebagai soul. Dan dari anak sendiri utamanya. Semua anak pasti punya traumatik di masa lalu. Namun yang perlu dipahami, ketika tidak bisa memilih di saat itu, maka harus menggunakan prinsip 3 M. Menyadari, menerima dan mengoptimalkan potensi diri,” urainya.
Dijelaskan bahwa denganĀ akal sehat maka remaja bisa menerima diri apa adanya. Ini perlu dilakukan upaya mental sehat. Dan bisa bertanggung jawab ke diri sendiri.
Bahkan, remaja harus cari tempat suportif dalam mengoptimalkan potensi diri. Kembangkan minat bakat. Sehingga muncul eksistensi diri.
“Ini kesempatan remaja. Puncaknya remaja. Sayang kalau tidak dimanfaatkan. Sebab ini menentukan remaja saat dewasa dan masa tua. Main Fullness,” ucapnya.
“Main harus berpikir positif, rasional, sering diskusi. Sehingga cara berpikir benar. Kemudian fisik harus dilatih. Soul harus diisi dengan kerohanian,” pungkasnya.
Editor: William